”Dunia ini ada tiga hari, yaitu hari kemarin yang telah berlalu dan tidak ada sesuatu yang dapat engkau lakukan dengan hari itu. Hari esok yang engkau tidak mengetahui apakah engkau dapat menemukannya atau tidak? Dan hari sekarang yang sedang engkau hadapi, maka gunakanlah sebaik mungkin.
Dunia ini ada 3 jam, jam yang telah lewat. Jam berikutnya yang engkau tidak mengetahui apakah engkau akan menemukannya atau tidak? Dan yang sekarang yang sedang engkau hadapi, maka hendaklah engkau menggunakannya sebaik mungkin. Karena engkau pada hakekatnya tidak memiliki kecuali satu jam itu saja. Kematian selalu mengancam dari jam yang satu ke jam yang berikutnya.”
Ketika Umar bertanya tentang pati kepada Ka’ab, dia menjawab:”Pati adalah seperti pohon duri yang masuk kedalam tubuh manusia, setiap duri berkait dengan urat, kemudian ditarik sekuatnya sehingga urat-urat yang lemah ikut putus, dan duri yang lemahpun tersisa ketika membentur tulang keras.”
Disebutkan bahwa Izrail, Malaikat Maut itu memiliki empat wajah:
1. Di atas kepalanya, 2. Berada di depan,
3. Berada di belakang punggung, 4. Berada di kedua kaki.
Dia mencabut ruh para Nabi AS dan para Malaikat dengan wajah diatas kepalanya, ruh orang-orang mukmin dengan wajah di bagian depannya, ruh orang-orang kafir dari wajah dibelakang punggungnya dan ruh para jin dengan wajah dibawah kakinya.
Sebuah kaki Izrail, Malaikat Maut berada di atas titian Jahannam, sedang kaki yang lain di atas singgasana surga. Dan karena besarnya Izrail, Malaikat Maut , maka seandainya seluruh air laut dan sungai ditumpahkan di atas kepalanya maka tidak setespun tumpah ke Bumi. Allaahu Akbar.
Disebutkan bahwa Izrail, Malaikat Maut mempunyai bawahan berupa 70 Malaikat Rahmat dan 70 Malaikat Adzab.
Ketika dia mencabut ruh seorang mukmin, dia akan menyerahkannya kepada Malaikat Rahmat, lalu Malaikat-Malaikat Rahmat itu menggembirakannya dengan surga dan pahala serta membawa naik ke Langit sampai setinggi-tingginya surga Illyin. Tetapi apabila ia mencabut nyawa orang kafir, dia akan menyerahkannya kepada Malaikat-Malaikat Adzab, kemudian mereka membawanya ke Neraka Sijjin sampai ke tempat yang paling bawah. (Mathaali’ul Anwar)
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:”Berceritalah tentang Bani Israil, tiada bahayanya, karena zaman mereka terjadi berita yang aneh/ganjil.” Kemudian beliau menceritakan tentang sekelompok mereka yang lewat di makam/kuburan, lalu berhenti shalat dan memohon salah satu dari mereka (mayat) di dalamnya keluar. Setelah shalat, benarlah mereka melihat kepala manusia timbul dari dalam tanah, dan mayat itu berkata:
”Demi ALLAH, aku mati sejak 90 tahun yang lalu, sampai saat ini rasa sakitnya belum juga sembuh, untuk itu hendaklah kalian berdo’a agar ALLAH mengembalikan aku seperti tadi (dalam keadaan mati, agar hilang sakit yang teramat ini).”
Padahal mayat itu adalah seorang yang tekun beribadah, terbukti dari bekas sujud pada dahinya, terbayangkah pedihnya maut padahal mayat tersebut tekun beribadah meski telah meninggal 90 tahun yang lalu.
Nabi Isa AS pernah dituntut oleh orang kafir untuk menghidupkan mayat orang dahulu kala karena mereka mengira Nabi Isa AS hanya dapat menghidupkan mayat yang baru-baru saja dan perkiraan mereka mungkin mayat itu belum mati yang sesungguhnya. Lalu Nabi Isa AS berkata:
”Boleh kau pilih mana yang dikehendaki!”. Mereka pilih Sam putra Nabi Nuh AS. Kemudian Nabi Isa AS memenuhi tuntutan mereka, pergi ke kuburnya, melakukan shalat 2 rakaat, berdo’a kepada ALLAH, lalu hiduplah Sam bin Nuh AS dengan idzin ALLAH. Mereka melihat putih rambut kepalanya dan putih jenggotnya, ditanyakan kepadanya:
”Kenapa rambut dan jenggotmu berubah (putih)? Padahal ketika itu belum ada uban?”. Jawabnya:”Ketika mendengar panggilan keluar, aku mengira hari kiamat telah tiba, akibatnya berubahlah rambut kepala dan jenggotku beruban karena takutnya.”
Ditanyakan lagi:”Sejak kapan kamu meninggal?” Jawabnya:”sudah 4000 (empat ribu) tahun dan pedih perih sakitnya (mati) masih membekas, hingga saat ini masih terasa.” (Durratul Wa’idhiin).
--------
dikutip oleh: perihatin
No comments:
Post a Comment