HUKUM NASYID ISLAMI

Umar Alkhattab 04 April at 18:15
HUKUM NASYID ISLAMI

Hukum asal melantunkan syair adalah dibolehkan sebagaimana yang telah ditunjukan oleh nash-nash As-Sunnah yang shahih. Namun demikian tentu ada batasan-batasan yang harus diperhatikan. adapun
Batasan-batasan dibolehkan Nasyid-nasyid Islami

1. tidak berbentuk syair lembut menggugah perasaan yang menyerupai kaum wanita dan sejenisnya

2. Ibnu Abi Syaibah rah. telah meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Abu Salamah bin Abdurrahman ia berkata : para sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam bukanlah orang yang menyimpang dan bukan pula orang malas. Mereka melantunkan syair dalam majelis mereka. Dan mengingkari perkara jahiliah. Apabila ada orang mencoba merampas agama mereka, niscaya terbelalaklah kedua matanya.

3. tidak berisi penggambaran kecantikan yang dapat membakar syahwat karena mendengarnya.

4. tidak disertai dengan irama-irama nyanyian senonoh yang dapat membuat tubuh bergoyang dan menari bila mendengarnya.

5. tidak memalingkan dari mendengarkan Alquran sehingga menyebabkan Alquran ditinggalkan. Dasarnya adalah firman
Al furqan ayat 30.
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".

6. yang menjadi tujuan bukanlah berdendang dan bersenandung dan bukan semata-mata nasyid

7. tidak disertai musik dan alat musik, kecuali duff (rebana) dan itupun khusus bagi wanita.

8. kaum wanita boleh menabuh rebana dalam acara dan perayaan yang syar’I saja .

9. muara yang dituju dalam pelantunan bersifat syar’I seperti membangkitkan semangat dalam mengerjakan amal-amal berat, menghilangkan kejenuhan atau untuk membela Rasulullah shalallahu alaihi wasallam., membela islam dan kaum muslimin, membangkitkan semangat jihad.

10. tidak menyebabkan terlalainya kewajiban atau terhalangnya perkara ma’ruf..



Ahmad bin Husein Al-Azhari, kontroversi hukum nyanyian dan alat musik, Daar An-Naba, 2007

Dikutip oleh: Perihatin