Setelah itu wahyu tetap terjaga dan datang secara teratur”. Dalam hadits yang shahih: ” Aku tinggal di dekat gua Hira’ selama sebulan; tatkala aku sudah selesai melakukan itu, maka aku turun gunung. Dan ketika aku sampai ke sebuah lembah dan aku dipanggil oleh seseorang…”. Kemudian (teks hadits selanjutnya) beliau saw menyebutkan (cerita) sebagaimana yang telah dikemukakan diatas yang intinya; bahwa ayat tersebut turun setelah sempurnanya beliau menyertai bulan Ramadhan dan dengan begitu, artinya masa stagnan antara dua wahyu tersebut berlangsung selama sepuluh hari sebab beliau saw, tidak sempat lagi menyertai Ramadhan berikutnya setelah turunnya wahyu pertama.
Ayat-ayat tersebut merupakan permulaan dari masa kerasulan (risalah) beliau saw datang setelah masa kenabian (nubuwwah) yang berjarak selama masa stagnan turunnya wahyu. Ayat-ayat tersebut mengandung dua jenis taklif (pembebanan syara’) beserta penjelasan konsekuensinya.
Jenis pertama adalah mentaklif beliau saw dengan penyampaian (al-Balagh) dan peringatan (at-Tahzir) saja. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala: “bangunlah! Lalu berilah peringatan” (
makna ayat ini adalah agar beliau memperingatkan manusia akan azab Allah atas mereka jika mereka tidak bertaubat dari dosa, kesesatan, beribadah kepada selain Allah Yang Maha Tinggi serta berbuat syirik kepadaNya dalam zat, sifat-sifat, hak-hak dan perbuatan-perbuatan.
Jenis kedua adalah mentaklif beliau saw dengan penerapan perintah-perintah Allah Ta’ala terhadap zatNya dan komitmen terhadapnya dalam jiwa beliau agar mendapatkan keridhoan Allah dan menjadi suri teladan yang baik bagi orang yang beriman kepada Allah. Hal ini tercermin pada ayat-ayat berikutnya. FirmanNya Ta’ala: “dan Rabb-mu agungkanlah!”(al-Muddatstsir: 3); maknanya adalah khususkanlah Dia, SWT dengan pengagungan dan janganlah menyekutukanNya dengan seseorangpun.
Apakah ini bukan menceritakan kepada kita umat manusia????
wassalam
No comments:
Post a Comment