Rasuah adalah upaya untuk mendapatkan sesuatu dengan rekayassa dan membayarkan sejumlah wang. Dengan kata lainnya ialah mengambil harta tanpa disertai dengan imbalan yang mana pelaku atas perbuatan tersebut layak mendapat celaan dan cemuhan.
Adapun ar-rasyidan ada orang yang membayarkan sejumlah wang (rasuah) untuk merekayasa kebenaran dengan kebatilan mahupun merekayasa kebatilan dengan kebenaran. Sedangkan al-murtasyi adalah orang yang menerima wang rasuah, dan ar-rasyi adalah seseorang yang menjadi perantara antara ar-rasyidan dan almurtasyi sehingga terjadi transaksi dengan wang rasuah tersebut.
Hukum risymah (rasuah) sendiri adalah haram dan dikutuk yang mana para ulama sendiri telah sepakat atas keharamannya. Sedangkan orang yang melakukannya dianggap sebagai orang yang fasik.
Allah SWT telah berfirman:
سُوۡرَةُ المَائدة
سَمَّـٰعُونَ لِلۡكَذِبِ أَڪَّـٰلُونَ لِلسُّحۡتِۚ فَإِن جَآءُوكَ فَٱحۡكُم بَيۡنَہُمۡ أَوۡ أَعۡرِضۡ عَنۡہُمۡۖ وَإِن تُعۡرِضۡ عَنۡهُمۡ فَلَن يَضُرُّوكَ شَيۡـًٔ۬اۖ وَإِنۡ حَكَمۡتَ فَٱحۡكُم بَيۡنَہُم بِٱلۡقِسۡطِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ (٤٢)
"Mereka sangat suka mendengar berita-berita dusta, sangat suka memakan segala yang haram (rasuah dan sebagainya). Oleh itu kalau mereka datang kepadamu, maka hukumlah di antara mereka (dengan apa yang telah diterangkan oleh Allah) atau berpalinglah dari mereka dan kalau engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan dapat membahayakanmu sedikitpun dan jika engkau menghukum maka hukumlah di antara mereka dengan adil; kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil." (42)
Diriwayatkan pula dari Umar, Ali, Ibnu Mas’ud, zaid bin Thabit dan segolongan tabiin bahawa yang dimaksudkan as-suht dalam ayat diatas adalah risywah (wang rasuah). Risywah sendiri juga diharamkan dalam ajaran yahudi kerana kalau tidak demikian nescaya Allah SWT tidak akan akan mencela mereka untuk memakannya sebagai mana disebutkan dalam Al Quran.
سُوۡرَةُ المَائدة
وَتَرَىٰ كَثِيرً۬ا مِّنۡہُمۡ يُسَـٰرِعُونَ فِى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِ وَأَڪۡلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (٦٢) لَوۡلَا يَنۡہَٮٰهُمُ ٱلرَّبَّـٰنِيُّونَ وَٱلۡأَحۡبَارُ عَن قَوۡلِهِمُ ٱلۡإِثۡمَ وَأَكۡلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ (٦٣)
"Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang‑orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang‑orang alim mereka, pendeta‑pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu." (Al Maidah: 62‑63)
Terdapat banyak hadits yang memberikan peringatan kepada kita dari perbuatan yang haram ini dan menerangkan akibat buruk bagi pelakunya, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Umar dari Nabi, beliau bersabda :
“Setiap daging dalam tubuh manusia yang tumbuh dari barang haram(as-suht) maka api neraka adalah utama baginya. Kemudian beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksudkan dengan harta harta haram itu (as-suht)” Beliau bersabda: “Ia adalah wang rasuah untuk meraih jawatan.”
Dalam hadith yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. ia berkata:
“Rasulullah s.a.w. melaknat orang yang memberikan rasuah (ar-rasyidan) dan meneriman wang rasuah (al-murtasyi)”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Dan orang yang menjadi perantara (antara ar-rasyidan dan ar-murtasyi)
”Allah SWT melaknat penyuap, yang disuap dan perantara dari keduanya." (HR. Ahmad dan Thabrani)
Menurut Ibnu Abidin Rohimahulloh:
“Risywah adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainya supaya orang itu memutuskan sesuatu hal yang memihak kepadanya atau agar ia memperoleh keinginanya. (dengan pemberian tersebut).
Pemberian itu adakalanya berupa harta benda, wang atau apa saja yang bermanfaat bagi si penerima sehingga keinginan penyuap tersebut dapat terwujud.
Risywah(suap) termasuk salah satu dosa besar yang diharamkan Allah SWT atas hamba-hambaNya, dan Rasulullah pun melaknat pelakunya.Maka kita wajib menjauhi dan waspada terhadapnya serta memberi petingatan kepada orang yang melakukannya karena risywah mengandung kejahatan dan merupakan dosa besar yang berakibat sangat buruk. Allah SWT melarang kita bekerjasama dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Pemberian itu adakalanya berupa harta benda, wang atau apa saja yang bermanfaat bagi si penerima sehingga keinginan penyuap tersebut dapat terwujud.
Risywah(suap) termasuk salah satu dosa besar yang diharamkan Allah SWT atas hamba-hambaNya, dan Rasulullah pun melaknat pelakunya.Maka kita wajib menjauhi dan waspada terhadapnya serta memberi petingatan kepada orang yang melakukannya karena risywah mengandung kejahatan dan merupakan dosa besar yang berakibat sangat buruk. Allah SWT melarang kita bekerjasama dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Allah SWT berfirman:
سُوۡرَةُ المَائدة
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُحِلُّواْ شَعَـٰٓٮِٕرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّہۡرَ ٱلۡحَرَامَ وَلَا ٱلۡهَدۡىَ وَلَا ٱلۡقَلَـٰٓٮِٕدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلۡبَيۡتَ ٱلۡحَرَامَ يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّن رَّبِّہِمۡ وَرِضۡوَٲنً۬اۚ وَإِذَا حَلَلۡتُمۡ فَٱصۡطَادُواْۚ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ أَن صَدُّوڪُمۡ عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ أَن تَعۡتَدُواْۘ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ (٢
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Al Maidah: 2)
"Hancurnya bangsa-bangsa sebelum kamu disebabkan oleh tindakan mereka yang membiarkan orang-orang terhormat melakukan Pencurian (KORUPSI), sedangkan bila orang-orang lemah (rakyat kecil) yang mencuri, HUKUM potong tangan dijatuhkan kepada mereka. Demi diriku yang berada ditangan-Nya, andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri niscaya akan kupotong tangannya."(HR Ahmad, Muslim dan an-Nasa'i).
By Perihatin
No comments:
Post a Comment